Jasadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad.
Namun nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam.
Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya
setingkat dunia.
Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh
dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun,
dan dengan risiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf,
hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan
hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya
orisinalnya.
Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul
Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat
Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu
putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.
”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus
aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.
”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah.
Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah
kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari
Allah,” jawab sang ayah.
”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,”
sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu
itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan
batinku.”
Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya.
”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam
ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.
Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain,
”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir
menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia
dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”
”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang
wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah
takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir.
Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas
terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari
1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi
penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar